Berbicara tentang Guru PAUD berarti kita berbicara tentang diri kita yang berprofesi sebagai guru PAUD. Siapakah Guru PAUD itu? Guru adalah sebagai pendidik yang merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran dan melakukan pembimbingan (UU No. 20 tahun 2003 pada 39 ayat 2). Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia guru diartikan sebagai seorang yang pekerjaannya mengajar dan dimaknai sebagai sebuah profesi.

Guru PAUD mempunyai tugas yang lebih kompleks dari pada guru lainnya. Hal ini dikarenakan PAUD merupakan tingkat pendidikan yang paling mendasar sebagai pondasi bagi pendidikan selanjutnya. Pendidikan anak usia dini atau sering  disebut early childhood education (ECD) adalah periode perkembangan yang cepat dan kritis – dari konsepsi hingga 8 tahun, sangat disarankan bahwa pada masa usia emas (golden age) ini guru atau orang tua memberikan pengasuhan yang berkualitas, nutrisi yang cukup, perawatan kesehatan yang baik, perlindungan, bermain dan pendidikan dini – sangat penting untuk perkembangan fisik, kognitif, bahasa dan sosial-emosional anak-anak. Sedangkan  Menu generik menjabarkan pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap selanjutnya (2007 : 3).

Pada Era ini Generasi Millennial mengalami merosotnya karakter anak bangsa menyimpang dari norma-norma(norma hukum, norma sosial, bahkan norma agama). Generasi muda sedang mengalami sebuah krisis yang begitu hebat akibat teknologi yang serba digital pengaruhnya  bagi peradaban, yaitu krisis karakter. Pembentukan karakter anak harus dimulai sejak usia dini. Tujuan pembentukan karakter sejak usia dini adalah untuk membentuk kepribadian anak yang baik sehingga kelak ketika sudah dewasa menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia yang dapat memberikan manfaat kepada sesama manusia dan lingkungannya. Ada beberapa cara yang bisa diteladankan oleh guru dan orang tua guna memupuk karakter yang baik bagi anak usia dini, yaitu:

  1. Bersikap Konsisten : Anak cenderung melihat apa yang kita lakukan. Pembangunan karakter bisa dimulai dari sikap konsisten yang kita tunjukan dan lakukan. Dimana anak akan melakukan apa yangn kita perintahkan. Anak akan sebel atau marah apabila kita tidak konsisten dalam mendidik atau memberikan nasihat.
  2. Pendidikan Keagamaan : Dimanapun kita berada, pendidikan agama penting untuk dikenalkan. Agar mereka mengenal Tuhan, bagaimana beribadah dan memiliki keyakinan harus ditanaman dari kecil. Semakin dini kita menanaman hal ini pada seorang anak, maka akan semakin kuat iman mereka, terutama ketika mereka sudah mengalami pubertas nantinya.
  3. Pembiasaan dari Kecil : Kita harus tahu bahwa anak yang sudah dididik sejak kecil dengan kebiasaan yang baik, ketika besar mereka akan terbiasa dengan pendidikan yang baik tersebut. Jika memang mereka berbuat salah, maka anak akan menghentikan dan berusaha tidak mengulang. Misalnya saat makan menggunakan tangan kanan, berdoa, berbicara sopan dan perlahan, serta duduk dengan teratur. Hal kecil seperti ini akan mempengaruhi tata krama mereka ketika besar.
  4. Anak adalah Peniru yang Baik : Kita harus memahami bahwa anak adalah seorang ahli peniru. Ketika kita mendidik anak sejak dini, secara tidak langsung anak kita akan melihat sikap dan perilaku kita kembali. Karena anak-anak sangat mudah belajar dan juga meniru. Apa yang mereka lihat maka akan ditiru tanpa tahu baik atau buruk.
  5. Tidak Memanjakan : Setiap orang tua ingin memanjakan anaknya.  Bagi mereka anak adalah harta yang berharga dan apapun yang mereka inginkan dan membuatnya bahagia bisa membuat kita bahagia. Namum anak yang hanya bisa merengek dan meminta akan menjadi anak yang lemah, cepat putus asa, dan egois. Cobalah jangan selalu memberikan mainan atau apa yang mereka inginkan. Sedih memang melihat mereka menangis, namun kita akan tahu bahwa itu baik untuk anak-anak
  6. Lakukan Hal Kecil : Tahukah kita bahwa hal kecil bagi kita belum tentu kecil bagi mereka. Oleh karena itu, pembiasaan melakukan hal kecil sejak dini akan berdampak kepada anak dalam kurun waktu yang lama hingga ia beranjak remaja. Antara lain salaman, cium tangan, dan berdoa.
  7. Berbagi itu Penting : Anak-anak harus dibiasakan untuk berbagi, bukan meminta. Karena anak-anak yang dibiasakan berbagi, maka dia akan menjadi orang yang dermawan, social dan banyak kawan. Sedangkan anak yang terbiasa meminta, maka ini akan membuat mereka menjadi pribadi yang pelit dan tidak menghargai orang lain.
  8. Nyatakan Salah Jika Memang Salah : Apa kita tahu bahwa dengan membela anak yang salah kita telah sengaja membuat anak menjadi seseorang yang pengecut ? karena sikap ini akan membentuk mereka bukan anak yang “tangguh”, tapi “losser”. Tentu saja, kita pasti merasa sedih jika mendengar orang lain berkata buruk akan anak kita.

Pendidikan karakter harus berlaku untuk semua. Tidak boleh pilih kasih diantara anak. Problem ini biasa muncul pada orang tua yang memiliki anak lebih dari dua. Hal ini terjadi agar semua anak terbentuk karakternya secara merata, meskipun tingkat tantangannya berbeda. Dalam proses pendidikan karakter sendiri diperlukan kelanjutan dan tidak berakhir (never ending process), sebagaimana bagian yang terpadu untuk menyiapkan masa depan, berakar pada filosofi dan nilai cultural religius bangsa Indonesia (Mulyasa6 : 2011:1). Dimana, pendidikan karakter sebagai upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat alaminya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.

 

.