Sentra Baca Tulis TK Bunda Pertiwi Marelan

Fenomena dan isu-isu yang terjadi di lapangan mengenai pandangan masyarakat memandang anak sebagai investasi di masa depan atau jangka panjang memiliki pandangan yang tumpang tindih sehingga memungkinkan untuk mengintegrasikan ide-ide dari beberapa perpsektif ke dalam pandangan mengeni tentang anak usia dini diantaranya yaitu (Morrison, 2015:218) :

  1. Anak dipandang sebagai miniatur orang dewasa.

Masyarakat abad ke – 21 tidak begitu berbeda, anak-anak masih dilihat dan diperlakukan seperti orang dewasa. Anak dipandang sebagai orang dewasa mini. Mendukung anak untuk bertindak layaknya  orang dewasa dan mendesak mereka agar cepat menjadi dewasa telah menyebabkan sejumlah konflik antara kemampuan dan harapan, khususnya ketika orangtua dan yang lain-lain menuntut perilaku mirip orang dewasa dari anak dan menetapkan harapan yang tidak realistik bagi anak.

  1. Anak sebagai pendosa.

Pandangan bahwa anak pada dasarnya berdosa sejak lahir sehingga membutuhkan pengawasan dan control, dan mestinya diajari untuk patuh. Dasar utamanya pada keyakinan agama tentang dosa asal, memandang anak sebagai pendosa (child as sinful) yang diterima luas di abad ke-14 hingga ke 18, khususnya di koloni Amerika Utara. Kekeliruan perilaku adalah tanda bagi dosa yang inheren ini. Pandangan tentang anak yang berdosa sejak lahir ini masih beredar saat ini,termanifstikan dalam keyakinan bahwa anak perlu di kontrol lewat pengawasan ketat dan tuntutan bagi kepatuhan tanpa syarat kepada orang dewasa. Ketidakpatuhan masih dipandang sebagai dosa, dan kepatuhan lebih di banggakan, sebagian lewat disiplin ketat dan ketika dipandang perlu lewat hukuman fisik.

  1. Lembaran kosong

John Locke memandang bahwa anak lahir ke dunia sebagai tabula rasa atau lembaran kosong. Locke yakin pengalaman anak menentukan apa yang mereka pelajari,dan konsekuensinya, menjadi apa mereka nantinya. Anak sebagai lembaran kosong mengasumsikan tidak ada kode genetik atau watak bawaan lahir tanpa kecendrungan apa pun terhadap perilaku apapun kecuali sifat-sifat dasar yang mencirikan manusia pada umumnya. Bagaimana anak menjadi sesuatu nantinya bergantung semata-mata kepada hakikat dan kualitas pengalaman, dengan kata lain lingkungan adalah penentu utama mereka.

Perspektif lembaran kosong memiliki beberapa implikasi bagi pengajaran dan pengasuhan anak sebagai investasi jangka panjang. Anak dipandang seperti wadah kosong yang harus diisi pengalaman baik. Tugas guru, orang tua dan lingkungan untuk menyajikan pengetahuan tanpa perlu menimbang kebutuhan, minat atau kesiapan anak untuk belajar, yang terpenting anak belajar apapun yang diajarkan padanya. Anak menjadi apa yang orang dewasa perbuat kepada mereka.

  1. Tanaman yang bertumbuh

Pandangan tentang anak yang dipopulerkan Froebel, menyamakan anak dengan tumbuhan, guru dan orang tua sebagai tukang kebun yang membesarkan dan merawatnya. Ini sebabnya Froebel menamai programnya kinder garten yaitu garden of children atau taman kanak-kanak. Ketika anak bertumbuh-kembang dan menjadi semakin dewasa, mereka menyingkapkan dirinya layaknya bunga yang mekar di dalam kondisi yang tepat.

Dua kunci utama dalam penyingkapan alamiah ini adalah bermain dan kesiapan. Isi dan proses pembelajaran dimasukkan ke dalam permainan, jika kurangnya kesiapan untuk belajar mengindikasikan bahwa anak belum cukup matang dan proses alamiah dari dalam diri anak juga belum terjadi.

  1. Properti

Keyakinan bahwa anak adalah property orang tuanya yang dapat diperlakukan seperti yang diinginkan orang tua layaknya barang kepemilikan. Pandangan ini dijustifikasi sebagian oleh ide bahwa orang tua punya hak atas diri mereka dan masa depannya, orangtua memiliki otoritas luas terhapap anaknya. Meski situasi saat ini sudah berubah ketika anak diberikan perlindungan hak oleh pengadilan, namun pada kenyataannya pihak peradilan (Mahkamah Agung) menegaskan kembali bahwa orangtua punya hak fundamental untuk membuat keputusan terkait penanganan, pengasuhan dan pengontrolan atas anak-anak mereka. Dalam batas-batas tertentu kebanyakan orangtua merasa bahwa anak-anak adalah milik mereka yang dapat mereka perlakukan sesuai yang mereka inginkan.

  1. Investasi bagi masa depan

Pandangan bahwa berinvestasi di dalam pengasuhan dan pendidikan anak akan membuat orangtua dan masyarakat menuai manfaat di masa depan. Pandangan anak sebagai investasi, khususnya terkait masa depan orangtua, dimainkan secara dramatis dimasyarakat kontemporer sebagai perawat orantua yang sudah uzur atau sakit. Selain itu banyak orangtua menemukan bahwa investasi yang mereka berikan bagi pendidikan anak-anak ternyata gagal karena banyak anak akhirnya kembali ke rumah setelah lulus kuliah, meneruskan pekerjaan orangtua  tanpa bisa membuat terobosan berarti

Kondisi PAUD di Indonesia saat ini setidaknya menunjukkan lima gejala baru, pertama, tumbuhnya kesadaran orangtua akan pentingnya usia emas anak (golden age) sehingga mereka berbondong-bondong memasukkan anak ke lembaga PAUD. Kesadararan ini didukung oleh politik kebijakan pendidikan yang memihak pengembangan PAUD secara lebih besar sehingga kesadaran masyarakat dapat terakomodasi. Sekedar contoh, pada tahun 2012 dan 2013, Kemendikbud mencanangkan tambahan lembaga PAUD sebesar 14.000 unit. Hal ini menunjukkan bahwa politik kebijakan sangat mendukung kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak sejak dini.

Kedua, PAUD sekarang jauh lebih akademis disbanding PAUD sepuluh tahun yang lalu, bahkan dolanan atau permainan tradisional yang dulu masih dimainkan anak-anak dengan gembira, kini mulai ditinggalkan. Anak-anak sekarang lebih senang dengan permainan modern berbasis teknologi informasi, terlebih permainan digital.

Ketiga, PAUD sekarang lebih berorientasi pada pengembangan sains anak dan matematika dari pada humanistik dan sosial anak. Hal ini ditandai oleh gencarnya PAUD untuk mengajarkan membaca, menulis, berhitung pada anak, bahkan lembaga-lembaga PAUD juga memasukkan pembelajaran sains dan matematika awal. Hal ini menjadi babak baru terhadap pengembangan PAUD di masa depan.

Keempat, semakin banyak lembaga PAUD yang menyediakan layanan seharian penuh atau full days school. Fenomena ini didukung oleh tuntutan masyarakat, khususnya wanita karir. Kelima, program-program PAUD sekarang jauh lebih menantang mental dan pikiran anak dari pada program PAUD sepuluh tahun yang lalu. Bahkan beberapa lembaga PADU mulai memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada anak-ana dengan maksud agar orangtuanya berpartisipasi aktid mendidik anaknya.

Dilihat dari perkembangan secara konseptual seperti yang diatas, pertumbuhan PAUD di Indonesia mengarah pada pencarian bentuk yang sangat akademis, arah tersebut ditunjukkan oleh beberapa hal sebagai berikut (Suyadi & Ulfah, 2017:180-182) :

  1. Akademis v.s humanis

Pertumbuhan dan perkembangan PAUD di Indonesia tampaknya mengalami dilematik etik antara menekankan pada aspek saintis atau humanistis. Artinya lembaga – lembaga PAUD saat ini dan yang akan datang akan membawa kebingungan antara memenuhhi kebutuhan perkembangan anak secara sosial dengan memenuhi kebutuhan akademisnya. Masuknya pembelajaran sains dan matematika awal, termasuk penekanan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung telah menyita banyak energy guru dan anak sehingga sedikit mengesampingkan perkembangan sosial anak.

  1. Semakin inklusif

PAUD ke depan semakin inklusif, tetapi secara institusional PAUD kurang dalam menyediakan fasilitas edukasi bagi anak berkebutuhan khusus. Artinya, penyamarataan masuk di lembaga PAUD antara anak berkebutuhan khusus dengan anak tidak berkebutuhan khusus justru menimbulkan kesenjangan di dalam kelas, namun memisahkan anak-anak berkebutuhan khusus secara parsial juga semakin mempertegas kesenjangan diantara mereka. Oleh karena itu, persmaan hak memasuki PAUD harus diimbangi dengan fasilitas yang mendukung, termasuk sikap guru yang adil diantara mereka.

  1. Beramgamnya PAUD yang semakin akademis

PAUD menunjukkan gejala akademis yang semakin kuat. Hal ini ditandai oleh tuntutan masyarakat (orang tua) terhadap lembaga-lembaga PAUD agar anaknya nanti memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung lebih awal. Bahkan sebagian orang tua berpandangan salah satu indikasi PAUD yang berkualitas adalah PAUD yang mampu mengantarkan anak didiknya mampu membaca, menulis dan berhitung. Hal ini menimbulkan persoalan karena banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca sejak dini tidak berkaitan dengan pretasi akademik anak pada jenjang selanjutnya. Bahkan terdapat kecendrungan adanya “kejenuhan kognitif” pada anak-anak berkemampuan membaca lebih dini.

  1. Dukungan menyeluruh

Pendekatan ekologi dalam pendidikan anak usia dini semakin menguat. Manifestasi pendekatan ini terbentuknya kerjasama antara lembaga PAUD dengan orientasi professional seperti dokter anak, ahli gizi, psikolog anak dan lain-lain.

  1. Meningkatnya minat orang tua (khususnya orang tua berkarier).

Memasukkan anak-anak mereka ke lembaga PAUD Full Days School atau tempat pengasuhan anak sehari penuh. Orangtua rela merogoh saku lebih dalam demi masa depan yang lebih menerdaskan.

Kesimpulannya adalah beberapa uraian diatas adalah fenomena atau pandangan masyarakat terhadapn PAUD sebagai investasi jangka panjang. Semuanya memiliki sudut pandang dari dua sisi yang saling memberikan kelebihan dan kekurangan. Salah satunya yaitu Lima arah baru PAUD masa depan seperti yang di atas sepertinya semakin dekat dan akan mendominasi lembaga-lembaga PAUD di tanah air. Di satu sisi arah baru tersebut membawa harapan baru bagi masa depan pendidikan anak yang lebih baik, namun di sisi lain arah baru tersebut harus terus dipantau agar tidak terjadi eksploitasi anak berkedok pendidikan.

  1. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEBAGAI INVESTASI JANGKA PANJANG

Penelitian yang dilakukan oleh (Jones, Greenberg, & Crowley, 2015) tentang Fungsi Sosial-Emosional Awal dan Kesehatan Masyarakat: Hubungan antara Kompetensi Sosial TK dan Kesehatan Mendatang, dimana tujuan penelitian ini dalah untuk memeriksa apa yang dapat dinilai di awal sekolah ketika rencana untuk mengatasi masalah di masa depan. Penelitian ini dilakukan selama 13-19 tahun. Pengumpulan data awal terjadi pada tahun 1991 ketika anak-anak berada di taman kanak-kanak. Data tindak lanjut akhir dikumpulkan 19 tahun kemudian, ketika anak (subjek penelitian) berusia sekitar 25 tahun. Penelitian ini menggunakan data longitudinal, non-intervensi subsample dari Fast Track Project, program intervensi yang dirancang untuk mengurangi agresi pada anak-anak yang diidentifikasi sebagai berisiko tinggi untuk masalah perilaku jangka panjang dan gangguan perilaku.

Total ukuran sampel adalah 753 (kelompok kontrol risiko tinggi, n = 367; non -risiko tinggi, kelompok normatif, n = 386). Peserta direkrut dari 4 lokasi penelitian (3 perkotaan, 1 pedesaan): Durham, North Carolina; Nashville, Tennessee; Seattle, Washington; dan pusat Pennsylvania. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kompetensi sosial awal setidaknya berfungsi sebagai penanda untuk hasil jangka panjang yang penting dan paling banyak berperan dalam mempengaruhi faktor-faktor perkembangan lain yang secara kolektif mempengaruhi perjalanan hidup.

Bahkan untuk mempersiapkan anak sebagai investasi jangka panjang diperlukan persiapan yang matang sebelum anak lahir, hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Shonkoff et al., 2012) dimana hasil penelitiannya masyarakat yang vital dan produktif dengan masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan perlu dibangun di atas fondasi perkembangan anak yang sehat. Kesehatan di tahun-tahun awal dimulai dengan kesejahteraan ibu dalam mempersiapkan kehamilannya untuk kesehatan fisik dan mental yang diperlukan untuk tenaga kerja yang kuat dan partisipasi yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat. Ketika mengembangkan sistem biologis diperkuat oleh pengalaman awal yang positif, anak-anak lebih mungkin untuk berkembang dan tumbuh menjadi sehat, memberikan kontribusi orang dewasa. Kesehatan yang sehat di masa kanak-kanak menyediakan fondasi untuk membangun pertumbuhan otak yang kokoh dan pencapaian berbagai keterampilan dan kapasitas belajar, hal ini memberi pengaruh terhadap masyarakat yang vital dan berkelanjutan yang berinvestasi di dalam jangka panjang.

Kesimpulan dari beberapa uraian pentingnya pendidikan anak usia dini begitu sangat besar memberikan pengaruh terhadap kehidupan selanjutnya dan memberi dampak terhadap jangka panjang. Diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan Jones dan teman-temannya meneliti aspek perkembangan sosial emosional anak yang sangat memberikan dampak/ pengaruh dikehidupan jangka panjang, dan penelitian Shonkoof yang memberikan kesimpulan bahwa untuk mempersiapkan anak sebagai investasi jangka panjang perlu di persiapkan sebaik mungkin dengan memperhatikan kesiapan untuk ibu hamil dan melahirkan anak yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehat jasmani dan rohani agar memberikan pengaruh terhadap masyarakat yang berinvestasi di dalam jangka panjang.

  1. SOLUSI DARI FENOMENA PANDANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEBAGAI INVESTASI JANGKA PANJANG

Solusi yang bisa dilakukan agar pendidikan anak usia dini berfungsi sebagai invsetasi jangka panjang tanpa harus memaksa anak pada kehendak orang dewasa dengan menghargai bahwa anak adalah individu yang unik,  diantaranya yaitu (Morrison, 2015:225):

  1. Semua anak memiliki hak bagi pendidikan yang membantu mereka tumbuh dan berkembang menuju potensi sepenuhnya. Artinya pendidikan yang diberikan kepada anak harus berpusat pada anak. Landaskan interaksi guru dengan anak – anak di atas pertanyaan yang fundamental ini “apakah sudah mengajarkan setiap anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya di seluruh aspek sosial emosinal, nilai agama dan moral, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. Pengajaran yang demikian adalah inti dari praktik yang sesuai usia perkembangan.
  2. Setiap anak adalah individu yang unik dan istimewa. Konsekuensinya, ajari anak secara individual dan hargai serta sesuaikan diri dengan keunikan pribadi anak seperti usia, jenis kelamin, budaya, temperamen dan gaya belajarnya.
  3. Anak adalah partisipan aktif dalam pendidikan dan perkembangan mereka sendiri. Ini artinya mereka semestinya terlibat aktif secara mental dan fisik di dalam pembelajaran tentang apa yang mereka perlu tahu dan lakukan.
  4. Pertimbangkan ide-ide, pilihan, gaya belajar dan minat anak di dalam perencanaan dan pengimplementasian praktik-praktik instruksional.